Puasa (sebagai) Ritual dan Tirakat Sosial

Bulan puasa tak lagi menghitung hari untuk bertemu dengannya, namun hanya jam saja. InsyaAllah nanti malam kita sudah menjalankan shalat tarawih. Berbagai berkah telah disediakan untuk kita dapatkan, seperti terhapusnya dosa masa lalu, berlipatnya pahala dan jika beruntung akan bertemu dengan malam seribu bulan dimana dalam satu malam lebih mulia dari pada seribu bulan.

Tapi, dalam bersiap diri untuk menjalankan puasa, kita masih mendengar berita-berita memprihatinkan. Penggusuran rakyat kecil masih terdengar ramai. Bahkan juga menjadi headline pada media masa. Para pengungsi korban perang TimTim jua masih banyak yang terlantar. Kelaparan juga masih menjadi penyakit akut yang tak kunjung bisa di obati. Apalagi kemiskinan, mewabah di setiap sudut negeri. Hal ini semua, membuat kita bertanya : Apakah ritual puasa yang sesungguhnya secara simbolis adalah ungkapan berpihak terhadap mereka yang kelaparan dan tertindas serta menderita dan miskin juga termarginal oleh kondisi social?

Puasa memang bukan ide social untuk menjadi problem solver tindak dehumanisasi di negeri gemah ripah loh jinawi ini. Tapi jika ritual ibadah puasa dapat menggugah kesadaran iman yang bersifat refleksi diri dan merasuk dalam setiap umat yang menjalankan ibadah ini secara kolektif, toh mungkin saja hikmah puasa mengalir menjadi perubahan sejarah dan bukan berhenti pada semangat mencari pahala untuk pemenuhan fiqihnya saja (Moeslim Abdurrahman).

Hanya saja sangat disayangkan memang, bentuk interpretasi puasa yang sering didakwahkan selama ini lebih banyak diterangkan sebagai tirakat spiritual dari pada ritual dalam perspektif social. Rasanya memang tidak etis jika kita merayakan bulan puasa kali ini dengan semarak tanpa tafakur terhadap penderitaan umat yang masih tertindas. Ketidak etisan tersebut terlihat nyata bahwa tingkat konsumsi masyarakat muslim Indonesia malah semakin besar saat bulan puasa. Kok, kelihatannya hidangan berbuka dan sahur seperti “ajang balas dendam” setelah “kelaparan” seharian penuh. Sedang di sisi lain, ada saudara kita yang benar-benar kelaparan bukan saat bulan puasa saja tetapi juga sebelumnya dan mungkin juga sesudahnya serta mungkin juga selamanya. Namun sangat banyak sekali umat muslim yang tetap bersikap konsumeristik dengan terlahap oleh hasutan kapitalistik tanpa menyadari bahwa sesungguhnya akan lebih indah jika kita memaknai puasa secara vertical dan horizontal secara bersandingan.

Kita maknai puasa secara vertical dengan garis lurus ke atas, yakni hubungan kita dengan sang Pencipta yang telah menjanjikan pahala. Namun juga kita tetap harus memaknai puasa secara horizontal diamana hubungan kita dengan “kita” yang lain. Memang benar, kenikmatan dalam ritual setiap orang itu berbeda dan tak bisa dijelaskan secara objektif. Tapi kan, persepsi kita selama ini yang memaknai puasa sebagai ritual secara vertical saja harus dibenahi. Bukankah kita paham akan ajaran hablumminallah dan hablumminannas?. Islam tak hanya mengajarkan kita untuk sibuk dengan kenikmatan ibadah kita kepada Allah saja melainkan juga kita beribadah dengan cara lain yakni berbaik dengan sesama dan diharapkan pengertian terhadap saudara kita yang masih kekurangan dengan niat karena Allah.

Memang kita –sekali lagi—masih terlihat memprihatinkan ketika tetap cuek dan apatis terhadap “peyadaran” kemanusiaan dimana kita harus memiliki sensitivitas terhadap saudara kita yang lain. Toh, jika kita mau bertafakur dan memaknai puasa sebagai ritual dan tirakat social maka setidaknya kita “terlihat” sempurna dalam berpuasa? Tinggalkan gaya hidup konsumeristik pada saat bulan ramadhan, karena itu adalah hasutan dari kapitalis global yang mencoba menarik kesadaran umat ke dalam budaya hedonistic.

disarikan dari salah satu tulisan pada buku Islam Yang Memihak karya Moeslim Abdurrahman

20 Komentar

  1. Sriayu berkata:

    Puasa sebagai ritual…? Hmm..bagiku puasa sebagai ibadah dan ‘madrasah’ untuk ‘mencerdaskan’ diri. he he he..!

    Mohon maaf lahir batin teman.
    Selamat menjalankan ibadah shaum Ramadhan. Semoga ibadah kita tahun ini lbh baik dari tahun lalu.

    Salam kenal kembali

  2. om rame berkata:

    semoga saya makna puasa dapat diapLikasikan untuk mengisi kehidupan pada buLan-buLan berikutnya.

  3. Rita Susanti berkata:

    Salah satu hikmah puasa adalah agar kita bisa merasakan penderitaan saudara kita yang sedang kelaparan. Jadi semestinya memang puasa ini dapat melatih kepekaan hati terhadap penderitaan saudara kita…

    Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga ibadah kita diterima oleh ALLAH SWT…

  4. 'Ne berkata:

    setuju mas..
    puasa bukan hanya dengan Allah saja tapi juga berbuat sesuatu yang bermanfaat dengan sesama..
    prihatin juga ya dengan saudara2 kita itu..
    Ramadhan juga mengingatkan kita untuk berbagi dengan sesama..
    makasih mengingatkan juga..
    met menunaikan ibadah puasa dan mohon maaf jika ada komentar yg kurang berkenan..
    salam 🙂

  5. kang ian berkata:

    bener mas..harusnya rhamadan ini juga menyemangati kita ntuk berbagi dengan sesama ^^

  6. Kelabang's Blog berkata:

    Di bulan puasa ini, amal ibadah kita dinaikkan derajatnya dari bulan2 biasa, lalu ada yang bilang ”jadi harap maklum kalau sandang pangan naik semua, karena pada bulan ini amal2 kita dinaikkan derajatnya.”

  7. ok berkata:

    pemaknaan puasa memang beragam tapi pada hakekatnya puasa adalah salah satu cara mendekatkan diri padaNYA

  8. Evet Hestara berkata:

    bahasanya berat 😀 gak nyampe otak saya hehe..
    nice post sob..
    salam kenal..

  9. orange float berkata:

    puasa salah satu cara kita merasakan bagaimana kehidupan orang yg tidak beruntung seperti kita, menahan lapar dan dahaga

  10. Puskel berkata:

    Banyak manfaat yang dirasakan dengan berpuasa demi hidup lebih sehat, hemat dan bermanfaat. 😉
    SELAMAT menjalankan ibadah puasa. Maafkan setulusnya, bila ada salah kata.

  11. TuSuda berkata:

    Ibadah puasa mesti dijalankan sesuai yang telah ditentukan.
    Kami ucapkan selamat menjalaninya, agar mendapatkan berkah berlimpah. MAAF, bila ada khilaf kata selama ini. 🙂

  12. matahari berkata:

    setuju, entah kenapa akhir-akhir ini saya malah menemukan orang-orang yang hanya peduli denbgan konsep hablumminallah.

    Selamat menjalankan ibadah puasa 😀

  13. Bangauputih berkata:

    agak aneh saya mendengar “puasa” adalah ritual…
    Puasa apalagi di bulan Ramadhan sangat dalam dan luas maknanya. bukan hanya sekedar ibadah pelengkap saja…

    selamat menjalankan ibadah puasa yah… 🙂

  14. Bang Dje berkata:

    Semoga kita dapat menjalani shaum Romadhon dengan ikhlas sampai tuntas sehingga kita dapat mencapai derajat taqwa.

  15. kanvasmaya berkata:

    berkunjung berkunjung..

    libur komen dlu ya..

    mo ngucapin met menunaikan ibadah puasa semoga menjadikan berkah buat semua.. mengucap maaf juga dari KaMay & Keluarga jika ada salah baik kata ato lainnya..

    terima kasih
    KaMay..
    http://kanvasmaya.wordpress.com/

  16. kelly amareta berkata:

    semoga di bulan puasa tahun ini, ada lebih banyak ampunan, berkah, dan rahmat Allah yang bisa kita gapai. Amiiin

  17. hellgalicious berkata:

    cukup aneh juga kalo orang yang berpuasa malah semakin banyak mengkonsumsi makanan pada saat buka dan sahur

    yang penting kita jalanin puasa dengan keyakinan dan cara kita masing masing

  18. Rahad berkata:

    jangankan penggusuran..
    kasus mesum aja masih ada waktu bulan ramadhan..
    apalagi di waktu2 biasa…

  19. teguhsasmitosdp1 berkata:

    Kita masih lebih beruntung, meskipun tidak makan seharian karena puasa,…saat buka puasa pasti sudah ada makanan. Bagaimana bagi orang yang tiap hari bekerja keras hanya untuk bertahan hidup ? Sudahkan puasa kita seperti mereka,…sebagian besar pasti belum, karena biasanya kita malas bekerja karena alasan puasa.

  20. bundadontworry berkata:

    sangat beruntung orang2 yang diizinkan Allh swt bertemu lagi dgn ramadhan thn ini, termasuk kita semua disini.

    walaupun kita memang kelaparan dan kehausan, namun itu hanya sedikit sekali dr bagian keimanan pd Yang Maha Kuasa.
    salam

Tinggalkan Komentar